Sejarah dan Asal usul Lombok
Banyak
hal yang menarik untuk dibicarakan mengenai kehidupan di pulau Lombok,
khususnya mengenai sejarah asal usul masyarakat, kerajaan yang pernah
ada, keyakinan dan agama, hingga objek wisata yang di tawarkan. Sehingga
dalam kesempatan ini saya mencoba mengangkat sebuah tema mengenai
beberapa hal yang ada di pulau Lombok. Berikut penjelasannya:
1. Pendahuluan
Lombok (penduduk pada tahun 1990: 2.403.025) adalah sebuah pulau di
kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat
Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari
Sumbawa. Pulau ini kurang lebih bulat bentuknya dengan semacam “ekor” di
sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Pulau ini luasnya
adalah 4.725 km² (sedikit lebih kecil daripada Bali). Kota utama di
pulau ini adalah Kota Mataram.
Selat Lombok menandai jalan masuk dari pemisah biogeografis antara
fauna di wilayah Indomalay dan perbedaan fauna yang sangat jelas di
Australasia dikenal dengan Wallace line, diambil dari nama penemunya
Alfred Russel Wallace.
Pemetaan pulau Lombok didominasi oleh stratovolcano Gunung Rinjani,
yang mencapai tinggi 3.726m (12.224 kaki), yang membuat Gunung Rinjani
menjadi gunung tertinggi ketiga di Indonesia. Di lembah Gunung Rinjani,
Anda akan menemukan hutan hijau yang rimbun, sawah dan air terjun yang
indah.
Pusat keramaian yang paling berkembang di sebelah barat adalah
Senggigi, tersebar 30 kilometer sepanjang jalan pantai disebelah utara
Mataram, Sementara para divers biasanya berkumpul bersama di Gili, yang
berada di pantai barat.
Bagian selatan dari pulau Lombok adalah tanah yang subur dimana
jagung, kopi, tembakau dan kapas tumbuh. Salah satu tujuan wisata yang
populer adalah Kuta, terkenal dengan pantai yang belum tersentuh dan
beberapa orang menganggap pantai ini adalah salah satu tempat
berselancar terbaik di dunia.
Dalam total area sebesar 4.752km2 (1.825 sq mi) terdapat 2.950.105
orang (2005), 85% adalah suku Sasak, yang awalnya diperkirakan berpindah
dari Jawa pada awal abad sebelum Masehi. Sejak populasi suku Sasak
mempelajari Islam, pemandangan di pulau Lombok mulai banyak dipenuhi
dengan Masjid-masjid dan menaranya, dan di desa tradisional suku Sasak,
Anda bisa menemukan kehidupan pedesaan dengan budayanya yang unik.
Penduduk lain termasuk 10-15% orang Bali, dengan selebihnya adalah orang
Cina, Arab, Jawa dan Sumbawa.
2. Sejarah awal mula
Era Pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum
ada data-data dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang
masa pra sejarah tanah Lombok ini.
Suku Sasak temasuk dalam ras tipe Melayu yang konon telah tinggal di
Lombok selama 2.000 tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki
daerah pesisir pantai sejak 4.000 tahun yang lalu. Dengan demikian
perdagangan antar pulau sudah aktif sejak zaman tersebut dan bersamaan
dengan itu saling mempengaruhi antarbudaya juga telah menyebar.
Lombok Mirah Sasak Adi adalah salah satu kutipan dari kita
Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan
pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata “Lombok” dalam bahasa kawi
berarti lurus atau jujur, kata “mirah” berarti permata, kata “sasak”
berarti kenyataan, dan kata “adi” artinya yang baik atau yang utama.
Maka arti keseluruhannya yaitu kejujuran adalah permata kenyataan yang
baik atau utama. Makna filosofi itulah mungkin yang selalu di idamkan
leluhur penghuni tanah Lombok yang tercipta sebagai bentuk kearifan
lokal yang harus dijaga dan dilestariakan oleh anak cucunya (Sasak children).
Dalam kitab – kitab lama, nama Lombok dijumpai disebut Lombok mirah dan
Lombok adi . Beberapa lontar Lombok juga menyebut Lombok dengan gumi
selaparang atau selapawis.
Asal-usul penduduk pulau Lombok terdapat di beberapa versi, salah
satunya yaitu kata “sasak” secara etimilogis menurut Dr. Goris. s.
berasal dari kata “sah” yang berarti pergi dan “shaka” yang berarti
leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang Sasak (Lombok). Dari
etimologis ini di duga leluhur orang Sasak adalah orang Jawa. Terbukti
pula dari tulisan Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni
aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak.
Sasak traditional merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok,
suku Sasak merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk
seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa berdasarkan prasasti tong –
tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku Sasak sudah menghuni pulau
Lombok sejak abad IX sampai XI Masehi, Kata Sasak pada prasasti tersebut
mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang
Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lombok dengan gumi sasak yang
berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang Sasak.
Sejarah Lombok tidak lepas dari silih bergantinya penguasaan dan
peperangan yang terjadi di dalamnya baik konflik internal, yaitu
peperangan antar kerajaan di Lombok maupun ekternal yaitu penguasaan
dari kerajaan di luar pulau Lombok. Perkembangan era Hindu, Buddha,
memunculkan beberapa kerajaan seperti Selaparang Hindu, dan Bayan.
Kerajaan-kerajaan tersebut dalam perjalannya di tundukan oleh penguasa
dari kerajaan Majapahit saat ekspedisi Gajah Mada di abad XIII – XIV dan
penguasaan kerajaan Gel – Gel dari Bali pada abad VI.
Antara Jawa, Bali dan Lombok mempunyai beberapa kesamaan budaya
seperti dalam bahasa dan tulisan. Jika di telusuri asal – usul mereka
banyak berakar dari Hindu Jawa. Hal itu tidak lepas dari pengaruh
penguasaan kerajaan Majapahit yang kemungkinan mengirimkan anggota
keluarganya untuk memerintah atau membangun kerajaan di Lombok. Pengaruh
Bali memang sangat kental dalam kebudayaan Lombok hal tersebut tidak
lepas dari ekspansi yang dilakukan oleh kerajaan Bali sekitar tahun 1740
di bagian barat pulau Lombok dalam waktu yang cukup lama. Sehingga
banyak terjadi akulturasi antara budaya lokal dengan kebudayaan kaum
pendatang. Hal tersebut dapat dilihat dari terjelmanya genre – genre
campuran dalam kesenian. Banyak genre seni pertunjukan tradisional
berasal atau diambil dari tradisi seni pertunjukan dari kedua etnik.
Sasak dan Bali saling mengambil dan meminjam sehingga terciptalah genre
kesenian baru yang menarik dan saling melengkapi.
Gumi Sasak silih berganti mengalami peralihan kekuasaan hingga ke era
Islam yang melahirkan kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik. Ada
beberapa versi masuknya Islam ke Lombok sepanjang abad XVI Masehi. Yang
pertama berasal dari Jawa dengan cara Islam masuk lewat Lombok timur.
Yang kedua peng-Islaman berasal dari Makassar dan Sumbawa. Ketika ajaran
tersebut diterima oleh kaum bangsawan ajaran tersebut dengan cepat
menyebar ke kerajaan–kerajaan di Lombok timur dan Lombok tengah.
Mayoritas etnis sasak beragama Islam, namun demikian dalam
kenyataanya pengaruh Islam juga berakulturasi dengan kepercayaan lokal
sehingga terbentuk aliran seperti wektu telu, jika dianalogikan seperti
abangan di Jawa. Pada saat ini keberadaan wektu telu sudah kurang
mendapat tempat karena tidak sesuai dengan syariat Islam. Pengaruh Islam
yang kuat menggeser kekuasaan Hindu di pulau Lombok, hingga saat ini
dapat dilihat keberadaannya hanya di bagian barat pulau Lombok saja
khususnya di kota Mataram.
Silih bergantinya penguasaan di Pulau Lombok dan masuknya pengaruh
budaya lain membawa dampak semakin kaya dan beragamnya khasanah
kebudayaan Sasak. Sebagai bentuk dari Pertemuan (difusi, akulturasi,
inkulturasi) kebudayaan. Seperti dalam hal kesenian, bentuk kesenian di
Lombok sangat beragam. Kesenian asli dan pendatang saling melengakapi
sehingga tercipta genre-genre baru. Pengaruh yang paling terasa
berakulturasi dengan kesenian lokal yaitu kesenian bali dan pengaruh
kebudayaan Islam. Keduanya membawa kontribusi yang besar terhadap
perkembangan kesenian-kesenian yang ada di Lombok hingga saat ini.
Implementasi dari pertemuan kebudayaan dalam bidang kesenian yaitu, yang
merupakan pengaruh Bali; Kesenian Cepung, cupak gerantang, Tari
jangger, Gamelan Thokol, dan yang merupakan pengaru Islam yaitu kesenian
Rudad, Cilokaq, Wayang Sasak, Gamelan Rebana.